Friday 30 April 2010

Bicara Demokrasi di Kampus




Hawa panas di luar Auditorium Pusat Studi Jepang, Kampus UI (Universitas Indonesia) – Depok, tidak menyurutkan semangat sekitar 100-an mahasiswa untuk ambil bagian dalam diskusi sesi kedua pada hari ketiga rangkaian seminar Bicara tentang “Demokrasi aseli Indonesia” yang diselenggarakan oleh Friedrich Ebert Stiftung (FES) Indonesia, TEMPO INSTITUTE, dan Center for International Relations Studies (CIReS) FISIP Universitas Indonesia.
Rupanya yang menjadi pusat perhatian hari itu adalah dua orang penulis cerpen (cerita pendek) yang sudah tidak asing lagi bagi penikmat karya sastra. Mereka adalah FX Rudy Gunawan dan Linda Christanty. Mereka diundang FES untuk membahas mengenai kumpulan cerpen yang ditulis oleh sembilan orang penulis. Judul kumpulan cerpen itu adalah Cerita tentang Rakyat yang Suka Bertanya.
Rudy membuka diskusi hari itu dengan menceritakan latar belakang penulisan kumpulan cerpen tersebut. Penulisan kumpulan cerpen ini merupakan kerjasama antara VHR (Voice of Human Rights) dan Demos dalam rangka mempopulerkan hasil riset Demos mengenai Masalah dan Pilihan Demokratisasi di Indonesia sekaligus menyadarkan publik bahwa demokrasi adalah pergulatan setiap manusia dan terus berlangsung di kehidupan sehari-hari.
Demos secara tidak langsung ingin mengajak publik untuk mulai sadar dengan hak dasarnya. Dan mendororong adanya kemauan untuk terlibat dalam berbagai fenomena sosial dan politik di tingkat bawah dari negeri ini. Dengan begitu rakyat telah melakukan demokrasi melalui berbagai kendali atas urusan publik dalam kesetaraan politik.
Kumpulan cerpen ini ditulis oleh sembilan orang penulis dengan kekhasannya masing-masing. Kesembilan penulis itu antara lain A. S Laksana, F.X. Rudy Gunawan, Irwan Dwi Kustanto, Linda Christanty, Martin Aleida, Miranda Harlan, Oka Rusmini, dan Puthut E.A. Sebelum para penulis menyelesaikan karyanya, mereka melakukan diskusi bersama Demos mengenai hasil survei ulangan yang telah mereka lakukan. Dari hasil survey ulangan tersebut, ditemui beberapa kendala dalam proses demokratisasi di negeri ini diantaranya mengenai menguatnya gejala fundamentalisme pasar dan fundamentalisme agama, makin suburnya sistem politik dinasti, maraknya politik uang dalam proses pemilu, serta kurangnya pendidikan politik yang dapat menanamkan nilai pada masyarakat untuk memiliki sikap kritis dalam membuat pilihan politiknya.
Menurut Rudy dan Linda, gagasan penyebaran wacana demokratisasi melalui karya seni, cerpen satu diantaranya patut diapresiasi. Mengingat Indonesia pernah mengalami masa dimana menulis adalah sebuah kegiatan yang dapat dikategorikan terlarang, karena akan menghasilkan tulisan yang bersifat subversif. Dan ternyata, pencekalan ide dan kreativitas sampai saat inipun masih terjadi. Terbukti, dengan dikeluarkannya surat edaran dari Kejaksaan Agung pada Desember 2009 yang melarang peredaran lima buku sekaligus, karena dianggap menggangu ketertiban umum.
Kesaksian Linda dan Rudy yang memiliki pengalaman menulis sedari masa ORBA, secara tidak langsung menggugah peserta diskusi untuk bertanya mengenai kiat-kiat menghasilkan karya tulis yang dapat menginspirasi seseorang melakukan sesuatu. Karena pada dasarnya, peserta yang adalah mahasiswa, juga memiliki kepedulian pada kondisi sosial di sekitarnya dan tergugah untuk menyampaikannya melalui tulisan.
Jika calon-calon penulis muda ini bertekun dalam mengasah kemampuannya menulis, niscaya akan ada tulisan-tulisan yang dapat menggugah kepedulian publik untuk terlibat dalam urusan-urusan publik. Dan itulah yang dinamakan demokrasi. (cds)

Wednesday 7 April 2010

aNoThEr ReAsOn


Dunno what is your reason
Dunno it's the truth or lie
Now I feel so dissapointed 

Then you just give me another reason
And I don't want to believe it

I'm so sorry...
I can't stand anymore

I've told you before
There is no ndhisiki kersa
Because i've already known what is your answer
I know
You just trying to avoided me
In other way