Thursday 9 June 2011

HaPpY

DGSS, apa kabar?
Aku yakin kamu baik-baik saja, dan berharap semoga selalu begitu.
Malam ini aku melihat profilemu di akunnya AH, dan senang dengan progress yang kamu capai.
Selamat berbahagia, DGSS.
Meskipun sekarang kita sepertinya sudah tidak lagi berteman, tapi aku turut bahagia untuk pencapaianmu.
Wish you all the best, DGSS. GBU both.

Monday 6 June 2011

LoVe Is FrEe

Awalnya aku mem-block akunmu, persisnya minggu 15 Mei 2011 sembari berharap tindakanku ini benar-benar membantu diriku mengenyahkanmu. Seminggu berselang, aku mengubah keputusanku. Kenapa? Karena aku tersiksa teramat sangat. Aku pikir membuka blockir itu se-simple menutupnya, ternyata tidak. Aku harus request lagi pertemanan denganmu. Artinya aku harus berkomunikasi denganmu. Setidaknya satu atau dua kalimat. Dan butuh waktu sekitar seminggu untuk mendapat approval darimu, dibarengi kalimat bernada heran darimu karena tidak pernah men-delete akunku. Hehehe...sambil tersenyum malu, aku membalas kalimatmu, dengan jawaban ngeles, pura-pura tidak tahu penyebab kita tak lagi berteman di dunia maya. Maaf ya... ^_^

Nyengir lebar padamu karena sudah nge-block akunmu hehehe...




Tadi aku  sampaikan bahwa aku tersiksa saat sama sekali tak bisa mengakses akunmu. Aku tidak mengerti persis kenapa bisa sampai segitu tersiksanya. Padahal setelah akun kita bisa saling mengakses, aku juga tidak setiap saat mengaksesnya. Kalau menggunakan hitungan, setidaknya hanya satu kali setiap 1 atau 2 hari aku mengakses akunmu. Aku justru merasa lebih tenang saat bisa melihat rupamu 1 atau 2 hari sekali. Sudah...itu saja. 

Bukan hanya tentang akun, tetapi juga tentang tempat. Tempat yang menyimpan cerita kita berdua. Setelah 9 bulan kurang 8 hari, sejak hari itu, Kamis 2 Juni 2011 yang lalu tanpa aku sadari, aku melakukan napak tilas. Tidak persis sama. Cafe-nya berbeda. Tapi theatre-nya sama. Begitu juga dengan studionya, hanya beda seat-nya karena aku terlambat 5 menit dari jadwal film sore itu. Niatnya melakukan me time, waktu untuk diriku sendiri, dan sama sekali tidak terpikir untuk memasukkan lokasi itu dalam rencanaku. Dan tiba-tiba saja, aku melangkahkan jejakku kesana. Hm...sempat agak nervous manakala memasuki gedung itu. Melihat sofa pertama yang kita duduki di cafe itu. Kemudian sofa di pojokan, pilihan kita selanjutnya berbincang di sore itu. Lanjut menaiki eskalator menuju theatre dan studio yang sama. Swear!!! Aku deg-deg-an. Aku pikir aku akan colaps, karena jantungku berdetak sangat kencang dan  tubuhku berkeringat, padahal aku mengenakan kemeja biru tipis kesukaanku dan  short warna khaki, yang juga aku kenakan saat bersamamu waktu itu.

Aku janji deh...besok ketemu kamu, nraktir minum ini di Demang :-D

Aku menuntaskan film itu tanpa sedikitpun mengingat kembali saat kita berada dalam studio yang sama, 9 bulan yang lalu. Ringan aku melangkah menuju pintu keluar saat pertunjukan usai. Entahlah, saat itu aku merasa sangat ringan. Bahkan hingga hari ini. Jujur...aku masih mengakses akunmu, sekedar melihat rupamu tapi kesemuanya aku lakukan dengan lepas dan bebas. 

Barangkali ini yang namanya love is free, saat aku tidak menggenggammu terlalu erat, justru aku menikmatinya. Menikmati perasaan khususku padamu tanpa berpikir dan merasa juga harus mendapat balasan yang serupa darimu. Tanpa beban. Bebas dari amarah (ku). 

Kalau kamu ingin tahu perasaanku, aku jujur berkata bahwa aku masih mencintaimu. Tidak mudah untukku begitu saja menghapus rasa cintaku. Tapi setidaknya, sekarang aku menjalani rasa cintaku dengan bebas. Bebas dari segala tuntutan yang sempat aku lontarkan, dan juga beberapa orang teman. Dan...ini yang juga kamu harus tahu (menurutku), bahwa perasaan bebas dan ringan ini bukan karena aku punya pengalihan baru. Ga...aku ga lagi punya perhatian khusus dengan orang lain, aku masih bertumbuh dalam cintaku padamu. Bahkan keakrabanku dengan Cah Bagus (julukanku pada rekan dari TempoTV yang pernah kerja bareng untuk kegiatan Gowes to Remember '98, btw mirip dengan RCBD namanya) sama sekali tidak berimbas pada rasa cintaku ke kamu. 

Aku pada akhirnya  tidak lagi secara khusus mendoakanmu, karena justru itu menggodaku untuk meminta lebih pada Uncle Jess. Trust me...aku bisa bicara begini karena sudah pernah melakukannya. Meminta  pada Uncle Jess untuk menjadikanmu milikku seorang hanya menambah siksaku.  Hanya sesekali doaku terucap untukmu, dan semuanya spontan terucap begitu saja, justru di saat aku sedang tidak dalam situasi dan kondisi berdoa.

Semua ini aku alami tidak dengan tiba-tiba. Proses yang berdarah-darah aku lalui satu demi satu. Banyak berbincang dengan RCBD adalah satu diantaranya. Meski dalam perbincangan itu tak jarang aku "diketawakan" olehnya karena sikapku yang pernah bertahan terus berusaha menjadikanmu milikku. Banyak kalimat sinis dilontarkan RCBD padaku, tapi aku ndableg. Tetap saja berusaha menjadikanmu milikku. Berbincang dengan PSK dan VA juga membantuku melewati proses ini.

Ada suatu masa saat aku benar-benar desperate dengan sikapmu, saat smsku tidak pernah dibalas olehmu sementara status report-nya delivered. Saat aku sudah tidak lagi bisa secara terang-terangan menyampaikan rasa kangenku. Aku nekat bertanya pada RCBD, adakah dia menyimpan nomer kontakmu selain yang ada padaku, dan adakah dia menyimpan nomer kontak tempat tinggalmu. RCBD menjawab tidak, bahkan menurutnya, adapun nomer itu dia simpan, tidak akan diberikan padaku. Karena RCBD yakin dirimu akan bergeming, diam, tak merespon satupun dari sekian banyak pertanyaan yang akan kusampaikan padamu. Menurut RCBD, hatimu untuk semua orang, bukan untukku seorang. Bahkan RCBD memberiku analogi yang mengerikan, pilihan dibenci banyak orang termasuk keluarga (kita) atau hanya dibenci olehmu seorang. Seakan belum cukup dengan sindiran RCBD, aku nekat googling informasi mengenai sekolah dan tempat tinggalmu saat ini. Berbekal nama sekolah yang aku lihat di album-album koleksimu, akhirnya aku mendapatkan alamat dan nomer kontak yang lengkap. Aku salin rapi dalam buku catatanku. Tapi tahukah kamu apa yang terjadi? Justru saat aku sudah mendapatkannya, aku tak lagi bersemangat untuk menghubungimu. Terngiang ucapan RCBD yang yakin bahwa dirimu hanya akan diam seribu bahasa saat aku hubungi. Dan memang, aku belum (tidak) mencoba menghubungimu di nomer itu. Bahkan malah tidak berminat lagi untuk melakukannya, setidaknya saat ini.

Hm...aku senang bisa menyampaikan ini padamu, meskipun aku tidak begitu yakin kamu masih mengingat alamat blogku. Setidaknya aku lega sudah bercerita. 

Matur suksama untuk semuanya.

Terima kasih untuk kesempatanku mencintaimu. Terima kasih karena aku pernah menjadi seseorang yang istimewa di hatimu (kesimpulanku yang bukan GR tapi berdasarkan kalimat-kalimat yang pernah kamu sampaikan padaku sebelumnya). Kita masih berteman, kan? Wish you all the best, Bro. May God bless you always.

Saturday 4 June 2011

WaKtU bErJalAn

Picture taken from http://stat.kompasiana.com/files/2010/06/jam.jpg
Tik...tok...tik...tok...
Waktu berjalan begitu rupa.
Aku berusaha terus mensejajarkannya.
Untuk apa saja.
Dengan siapa saja.

Aku masih terus berpikir untuk satu keputusan.
Keputusan yang pernah aku harap tidak keluar dari mulutku.

Takut? 
Pasti.
Aku masih manusia.