Thursday 28 January 2010

tEnAnG

Memasuki hari ke 5, perasaanku mulai tenang...ga se-grasa-grusu hari-hari sebelumnya. Aku yakin ini karena efek doa, dan somehow tadi terlintas kalimat yang akan aku sampaikan padanya. Yang aku sadari jauh lebih diplomatis ketimbang yang kemarin sempat aku rancang. Semoga nanti saat dituangkan, emosiku tidak ikut tertuang juga.

Keinginanku sederhana, ingin berteman lagi dengannya, menjalin komunikasi seperti sebelumnya, menjalin persahabatan yang baru mulai tapi keburu terinterupsi dengan sesuatu hal. DGSS, aku minta maaf atas ke-egois-an dan ke-impulsif-anku.


Tuesday 26 January 2010

2 dAys LeFt, 7 DaYs rEmAiNiNg


Ga kuat, dadaku nyesek mulu, dan aku makin posesif, padahal yang di-posesif-in ga ngeh, cuek banget. Hwa..pengen teriak...yang kenceng banget...tapi kalau bisa ga pake nangis...capek kalau juga nangis...

2 days left 7 days remaining...semoga aku kuat.

Monday 25 January 2010

gA nGeRti


Boleh tanya, ga? Apa siy arti sms-mu? Trus, kenapa kamu sms aku?
Kirain smsnya membawa misi untuk menghentikan perang dingin.
Malam itu pasti belum tidur tho? Lha wong jarak antara kamu sms dan aku balas plus aku telpon ga sampai setengah jam. Lagi kamu kan ga tugas pagi, kenapa ga dijawab? Kenapa ga dibales smsnya? Kalau cuma woro-woro, ga usah deh, bikin kecewa.

Huft...tuh kan, aku jadi demanding gitu, nuntut mulu, padahal ga gini niatnya.
Tolonglah...ayo kita bekerja sama menghentikan perang dingin ini. Aku bingung mesti gimana. Dari kamu ga ada respon sama sekali, tapi kamunya kontak aku...

Ayo kita ngobrol, bicara dari hati ke hati, supaya usaha kita bersama untuk saling memahami bisa mengembalikan keakraban diantara kita seperti sebelumnya. Sepakat ya...????


Friday 22 January 2010

tEmAnI aKu


Hm...yang kulalui sekarang sudah kuprediksi sebelumnya, peringatan itu sudah ada, tapi seperti biasa aku mengabaikannya. Bukan karena aku ceroboh, tapi karena menurutku, aku berhak untuk mengalaminya. Tidak harus menjauh kan untuk menyelesaikan persoalan, yang ada malah tidak selesai.

Sikap yang tidak jelas itu aku terima, tanpa aku tahu maknanya. Aku belum sempat bertanya, kamu sudah pergi. Saat kamu mengkonfirmasi, berat buatku untuk bicara blak-blakan karena statusmu. Please, aku ga pengen musuhan, sakit untukku kalau kamu musuhi seperti ini. Bicara aja terus terang seperti biasa, toh kita sudah sama-sama dewasa.

Aku merindukan candaanmu, aku merindukan ceritamu. Aku sudah siap dengan segala jawabanmu, konsekuensi darimu, tapi ga siap untuk permusuhanmu. Tolong, jangan musuhi aku, dear.


DGSS, jadilah temanku, hanya itu yang aku butuhkan.