Tuesday 18 September 2012

It's Not That Simple

Baru kali ini aku tidak meng-amin-i doa atau harapan seseorang. Bangun pagi sekitar jam lima lewat, aku langsung sms Mba Anna (kakak-ku). Hari ini ulang tahunnya yang ke 31. Aku ucapkan selamat ulang tahun, sehat selalu, dan semakin bijaksana dalam hidupnya. Ga sedikitpun menyinggung tentang impiannya tentang keluarga kecil (anak-red) yang diimpikannya. Kenapa aku ga menyinggung soal anak? Karena aku, somehow, suatu saat juga ga mau ditanya soal anak, kalau waktuku belum sampai.

Sekitar jam sembilan kurang, saat aku di kantor sedang membaca Tempo edisi minggu ini, aku terima sms balasan dari Mba Anna. Isinya kurang lebih ucapan terima kasih, dan harapannya agar aku menikah tahun depan. Datang dari dia, dalam kondisi diantara kami bertiga (Mba Anna - aku - Putri) yang sedang rekonsiliasi membuatku bergidik membaca kalimat itu. Aku ingin protes, tapi aku biarkan, karena hari ini harinya. Next time, aku akan minta klarifikasi.

Maaf Mba, bukannya aku tak sayang padamu. Bukannya aku tak setuju padamu. Tapi bukan begini caranya menunjukkan rasa sayangmu pada adik-adikmu. Setelah kamu terang-terangan mengatakan ga setuju pada Krisna sebagai pasangan Putri, dan dengan santainya meminta Putri memutuskan Krisna, lalu sekarang kamu dengan santainya "minta" aku menikah tahun depan. 

It's not the simple, Mba...
This is not about me who never ever have any boyfriend. But it's about the way you treat us. It doesn't fair enough. 

So sorry Sist....

1 comment:

  1. It's not that simple...eventhough some people said that "life is simple"...but that one little thing is just not that simple,,,hemh

    ReplyDelete