Friday 20 March 2009

dAlAm HaTi SiApA yAnG tAhU


Pengen nulis ini karena terinspirasi dari kejadian hari-hari terakhir ini. Kejadian yang bisa dibilang menjadi pukulan tersendiri bagi penghuni dan simpatisan rumahnya Anselmus di WR Monginsidi di Padang, Senin kemarin. Yang mau aku bahas adalah dalam hati seseorang tidak ada yang tahu apa yang sedang berkecamuk. Sebaik, seriang apapun tampilan yang dilihat oleh orang-orang di sekitarnya, itu tidak otomatis menunjukkan kondisi real hati dan kejiwaannya.


Senin pagi sekitar jam 9 lewat 5 menit, Nella meneponku dengan nada panik, cemas, dan shock. Isinya mengabarkan, Leo, anggota PMKRI cabang Padang angkatan (2004) ditemukan meninggal dunia dalam keadaan tergantung di lantai bawah gedung sekretariat PMKRI di kompleks GOR Prayoga. Kabar itu didapat Nella dari Dewi, yang setiap pagi selalu melewati sekre saat menuju tempat kerja. Kabar dari Nella, aku coba konfirmasi dan teruskan ke kakVitri dan Jansen, berharap mereka bisa memberikan informasi yang labih akurat dari milik Dewi dan Nella. Ternyata, malah mereka berdua baru dapat kabar itu saat aku menelpon. Tak kurang akal, aku berusaha mencari nomer Gokma (KP Padang-red), dan kemudian menghubunginya. Suara Gokma menunjukkan bahwa memang sedang terjadi sesuatu di sana, dan menurut pengakuan Gokma, saat itu teman-teman sedang berkoordinasi dengan petugas kepolisian dalam rangka mengolah TKP. Keterangan dari Gokma untuk sementara menjawab pertanyaan yang banyak di kepalaku, paling tidak, ada kepastian mengenai kabar tersebut.


Muncul ide untuk membagi kabar ini via email broadcast ke beberapa temen seperhimpunan yang ada di Jakarta, Kupang, dan Potianak seperti biasanya. Responnya sangat baik menurutku, mengingat ini sebuah kejadian yang sangat tidak diharapkan. Sesma menjadi teman selanjutnya yang aku hubungi mengenai kejadian ini. Menjelang sore, aku terus berhubungan dengan Nella dan Kak Vitri, mencoba menganalisa penyebab kejadian itu, beberapa dugaan meruak tapi kami simpan hanya sebagi obrolan diantara kami. Sekitar jam 4 sore, Sesma mengabari, bahwa olah TKP dan pemeriksaan saksi kunci dari beberapa teman perhimpunan sudah selesai dilakukan di kantor polisi. Sesma turut mendampingi teman-teman dan puji Tuhan, di kantor polisi pun bertemu dengan teman petugas yang mendampingi selama pemeriksaan berlangsung, trims ya untuk Rinto Sinurat, Sesma merasa sangat terbantu.


Dari cerita beberapa teman dan Romo Lexy, aku dapat sedikit gambaran tentang Leo. Tipikal anak yang periang dan dekat dengan yang lainnya. Hanya memang selama ini, mereka juga tidak tahu persis siapa yang jadi "tong sampah"-nya Leo. Jadi memang tidak ada yang tahu persis penyebab meninggalnya. Dugaan yang paling kuat adalah Leo tertekan akibat tidak bisa menyelesaikan studinya tahun ini. Sementara dari orang tuanya, Leo diharapkan sudah selesai.


Kembali ke judul tulisan ini, siapa yang tahu apa yang terajadi dalam hati seseorang, termasuk Leo. Kejadian bisa menjadi pengingat untuk masing-masing kita betapa pentingnya arti seorang teman. Dengan adanya teman, paling tidak kita bisa membagikan sedikit masalah yang kita punya. Penyelesaian bukan hal yang mutlak yang dicari dari seorang teman, kalau untuk aku, yang penting adalah ada orang yang mau aku bagika cerita mengenai masalahku, ada yang tahu bahwa aku sedang ada masalah, dan ada yang tahu bahwa aku butuh dukungan. Kehadiran teman akan sangat berarti untuk yang sedang membutuhkan.


Apapun itu, meskipun kami menyayangkan jalan yang dipilih Leo, tapi kami menghormatinya karena itu pilihan Leo. Dan yang penting, mendoakan Leo agar dapat yang terbaik di surga sana. Sembari berharap, keluarga yang ditinggalkan tabah dalam mengisi hari-hari tanpa Leo begitu juga dengan teman-teman di perhimpunan. Selamat jalan Leo.



1 comment:

  1. yah sekarang yang penting bagaimna PMKRI kedepannya aja. bukan,,heheh,,itu berita juga udah lama

    ReplyDelete