Hari itu Jumat setelah Natal , aku bangun pagi dan melakukan rutinitas seperti hari liburku yang biasanya. Ngerendam cucian, bersihkan kamar, bikin sarapan, mandi dan nyuci. Bedanya, setelah itu semua aku kerjakan, aku bersiap untuk pergi ke Depok. Bukan…bukan ke Cening Ampe, kediaman Om Koko (alm) tapi ke Depok Timur. Waktu menunjukkan pukul 9 pagi lewat 25 menit saat aku memulai perjalanan dengan menaiki Kopaja 502 dari Matraman menuju Cikini, dan selanjutnya meneruskan dengan KRL yang akan membawa aku ke Depok. Sekitar pukul 10 lewat 5 menit KRL itu tiba dan syukurlah aku mendapakan tempat duduk di dalamnya, lumayan ga capek huehehe…
Niatnya, mau membunuh waktu di dalam kereta dengan membaca, tapi niat itu pupus, karena aku lebih memilih untuk mempehatikan sikon di dalam kereta. Buatku yang termasuk jarang menggunakan KRL, hal tersebut menarik perhatianku. Aku bisa mengamati siapa saja dan apa saja yang terdapat di dalam gerbong itu.
Satu persatu stasiun demi stasiun dilewati oleh keretaku, dan sampailah aku di stasiun Depok Baru. Sambil berjalan menuju terminal, aku mengabari mba Nova bahwa aku sudah di terminal dan mengharapkan bantuan dia untuk ngasih panduan supaya aku bisa sampai di kediaman mertuanya. Panduan sudah diberikan via sms, giliranku untuk melaksanakannya…halah apa siy ini??? Dengan PDnya aku naik angkot 02 warna biru dari dalam terminal dan duduk di samping pak supir yang bekerja…kenapa aku bilang PD? Karena dengan naifnya aku berpikir bahwa pintu keluar angkot ini sama dengan pintu keluar bis ¾ yang pernah aku naiki dulu. Ternyata saudara-saudara…pintu keluarnya beda…dan itu memakan waktu yang lebih lama karena lebih jauh dan mesti pakai macet dulu…hua…masa’ ke Depok masih ketemu macet juga??? Untung pak supir ini baik hati dan tidak sombong, sepanjang perjalanan kami ngobrol, yah lumayan ngurangin bete karena macet. Pak supir ngasih tahu, ntar pas pulang, kalau mau naik angkot dengan nomer yang sama jangan asal naik, Tanya dulu angkot itu arah terminal atau ngga…ah..tuh bapak baik banget..bolak-balik ingatkan aku tentang itu. Setelah melewati jalan yang mulus-ga mulus-mulus ahirnya sampai juga di
Singkat kata…ampun dey bahasanya…aku bertemu dengan mba Nova, mas Bin, Clara, Aby, Bapak, Ibu dan mas Sigit.
Selain itu, ada satu perasaan kuat yang sampai saat ini masih bisa aku rasakan. Perasaaan yang aneh yang terutama muncul saat aku ngobrol atau bercanda dengan mas Sigit. Aku bingung koq bisa muncul perasaan itu dan terus terang ga nyangka banget bakalan merasakan hal itu. Kenapa? Karena aku lupa kapan terakhir kali merasakan hal itu. Lupa karena selama ini belum berhasil untuk melupakan yang lama, belum berhasil untuk membuka hati kepada yang baru. Huehehe…pas aku cerita ke Nella soal ini, kami berdua jadi tergelak-gelak gitu. Apa ini artinya aku mulai memperhatikan seseorang? Sepertinya iya, emang siy masih terlalu dini untuk mengakuinya, apalagi aku baru kenal dan belum tahu apakah punya kesempatan untuk menjalin komunikasi dan relasi yang lebih dekat tapi dengan yakin aku katakan bahwa aku sudah membuka hati. Tanpa aku sadari, aku bisa membuka hati, setelah selama ini hatiku terus berkutat pada
Yang harus aku perhatikan sekarang adalah mengelola perasaan ini dengan waras dan dewasa. Ga mau lagi ngulang kesalahan yang klasik..hu…bikin sakit euy… Biarkan aja perasaan ini tumbuh dengan alami, toh kalau sudah waktunya pasti ada aja jalannya untuk menjalin komunikasi dengan dia. Tapi kalau pada akhirnya hanya bisa berteman ya sudah..terima saja…sambil bersyukur masih dikasih kesempatan sama Uncle Jess untuk belajar mencintai
No comments:
Post a Comment