Sunday 8 May 2011

MaNusIa MeRdEkA

Foto diatas diunduh dari account FB Bang Robert (Profile Pictures Album)
 
Hari ini harus kehilangan lagi. Seorang teman, aku biasa menyapanya Bang Robert. Robert Manurung, lengkapnya. Aku kenal dengannya via milis jejaklangkah, milis sebuah study club yang aku pernah (lumayan) aktif di pertengahan 2008. Dari email-email yang saling berbalas di milis, akhirnya aku bertemu dengan Bang Robert. 

Aku lupa persisnya kapan, entah menjelang akhir 2008 atau awal 2009, malam itu sekitar jam 7 kurang, hari sabtu, Bang Robert mengabariku via telpon dan akhirnya mengajakku bertemu di Coffe Bean TISquare. Aku excited, tapi pada saat bersamaan aku juga nervous karena aku minder ketemu dia. Orang yang aku kenal lewat tulisan di blognya punya gagasan dan wawasan sangat luas, dan terutama sekali salut akan perhatiannya yang begitu besar untuk pengembangan pariwisata Sumatera Utara khususnya Danau Toba. Orang yang berbuat sama banyak atau bahkan lebih banyak dari pikiran yang selalu dituangnya dalam tulisan. 

Tanpa malu, aku sampaikan pada Bang Robert bahwa aku excited dan nervous ketemu dia. Tapi dia sama sekali ga ngetawain aku atau underestimated ke aku, malah dengan gaya bicaranya yg khas, ngemong banget, menenangkan aku. Bang Robert juga sempat bilang, malam itu aku akan bertemu seorang temannya, pendeta perempuan yang belakangan juga berelasi baik denganku. Namanya Paulina Sirait, aku biasa menyapanya Kak Olin. Segera aku berangkat ke TISquare di Pancoran. Sampai di sana, ga berlama-lama mencari dimana posisi Bang Robert dan Kak Olin, aku sudah langsung nge-blend dengan obrolan mereka. Aku lupa sampai jam berapa kami ada di cafe itu, tapi yang pasti Kak Olin dan aku diantar oleh Bang Robert.

Lalu setelah itu, ada jeda komunikasi diantara kami, hanyut dalam rutinitas masing-masing. Meski begitu, kami tetap berkirim kabar via sms atau email. Bahkan kadang aku mendiskusikan beberapa hal/tema yang terkait dengan tugasku di kantor. Aku beberapa kali pernah mengundang Bang Robert dalam kegiatan-kegiatan kantor begitu juga Bang Robert beberapa kali mengundangku di kegiatan Save Toba Lake Community atau komunitas lain yang dia inisiasi berkaitan dengan kecintaannya akan budaya Batak. Bang Robert sendiri pernah bertanya padaku, kenapa aku tertarik dengan beberapa tema (yang berkaitan dengan budaya Batak) yang sering dilontarkan Bang Robert dalam milis, ataupun email-email kami. Aku pada dasarnya senang dengan budaya Indonesia, Batak salah satunya. Dan berinteraksi dengan orang ataupun budaya Batak bukan hal baru bagiku. Selama 22 tahun 4 bulan hidup di Padang, aku bersentuhan dengan teman-teman Batak. Beberapa kali menghadiri upacara pernikahan dan kematian adat Batak membuatku kaya akan beberapa hal, meskipun sampai saat ini masih ada bagian-bagian dari upacara tersebut yang tidak aku mengerti. Termasuk bahasanya, yang hanya aku pahami "Mauliate godang amang = terima kasih banyak" hm...trus apa lagi ya?

Satu hal yang buatku menjadi "trade mark"nya Bang Robert adalah sikapnya yang bersahaja, lalu sikapnya yang lain yang tidak pernah men-judge siapapun. Aku sendiri sempat beberapa kali bercerita tentang persoalan pribadi dan dia selalu meresponnya dengan bebas nilai sementara kalau aku cerita ke beberapa teman lain, responnya seakan berat dengan judgment-judgment yang mematikan. Dan yang akan selalu membuatku ingat dengan Bang Robert adalah semangat dan perkataannya untuk selalu menjadi manusia merdeka. Ya...manusia merdeka, karena banyak manusia yang tidak merdeka karena "terjajah" dengan berbagai situasi dan kondisi sekitar, "terjajah" dengan keinginan orang lain, dll, dst, dsb.

Dan sekarang, Bang Robert benar-benar sudah menjadi manusia merdeka. Terutama sekali merdeka dari rasa sakit yang menderanya. Sampai ketemu, Bang Robert...

No comments:

Post a Comment