Monday 30 August 2010

KeReTa KhUsUs PeReMpUaN

Kemarin seharian main ke Cibinong, nengokin Nata, sepupu baru, anaknya Om Ben, yang  lahir 5 Agustus 2010. Jam setengah 8 pagi janjian dengan Ajeng dan Bulik Riri di Stasiun Tebet, naik KRL AC Ekonomi jurusan BojongGede. Jadwal KRL ternyata molor dikit, jadilah kami ngobrol2 sembari berjalan-jalan di sekitar stasiun. Menjelang jam 8 lewat, kereta yang kami tumpangi datang, dan kami bertiga naik di gerbong kedua. Karena masih pagi, suasanya di dalam gerbong relatif sepi dan kosong. Kami langsung duduk dan menyambung obrolan yang sempat terputus sebelumnya. Sambil ngobrol, aku melihat ke arah sebelah kiriku, gerbong pertama, yang sekarang secara resmi menjadi gerbong khusus perempuan di setiap rangkaian krl ac ekonomi dan ekspress Bogor-Jakarta. Setiap rangkaian kereta mendapat dua jatah gerbong khusus permpuan, gerbong pertama dan gerbong terakhir. Resminya, layanan ini dinamakan Kereta Khusus Wanita, tapi menurutku lebih pas bila dinamakan Gerbong Khusus Perempuan.

Banyak cerita yang aku dapat dari para komuter yang sudah memanfaatkan layanan ini tak lama diluncurkan. Mulai dari adanya tanda khusus yang bertuliskan Kereta Khusus Wanita bernuansa pink di stasiun dan di dalam gerbong urutan 1 dan terakhir, sampai rasa nyaman yang dirasakan karena gerbong itu ditungguin petugas dan juga adanya penumpang laki-laki ndableg yang berkeras juga punya hak untuk berada di gerbong tersebut. Buatku, ada beberapa hal yang mengusikku sehubungan dengan adanya pelayanan ini. Pertama, kenapa dekorasinya menggunakan warna pink? Emangnya warna pink atau jambon itu berjenis kelamin permpuan? Argh...keki banget setiap kali perempuan diidentikkan dengan warna jambon. Kedua, aku pribadi lumayan senang dengan adanya gerbong khusus ini, meskipun beberapa teman keberatan, karena menurut mereka, gejala ini akan terus terjadi sampai terwujudnya negara agama. Hm..analisa AP, SD dan IS bisa jadi bener, tapi buatku yang simple aja dulu...kalau naik gerbong ini, ga bisa ngeceng...hehehe... Di bawah ini foto yang menggambarkan dekorasi gerbong terakhir Bogor-Manggarai yang aku naiki bersama Ajeng dan Bulik Riri sekembalinya kami ke Jakarta. 

Pelayanan gerbong khusus perempuan ini lebih efektif ketimbang pelayanan pemisahan antrian laki-laki dan perempuan di halte transjakarta yang dilakukan beberapa waktu yang lalu. Padahal tujuannya sama, menghindari banyaknya pelecehan yang menimpa penumpang perempuan. Tapi kemarin di krl yang membawa kami pulang ke Jakarta (Bogor-Manggarai), petugasnya bertahan di gerbong itu hanya sampai stasiun Pasar Minggu, ga heran setelah itu ada beberapa penumpang laki-laki ndableg yang duduk di gerbong menjelang turun. Hm..semoga pelayanan ini tidak sekedar lips service aja, sembari ciptakan suasana yang nyaman untuk para penumpang. Hoadoh...kalimatku...jargon banget... LOL...

Plang-plang dengan warna jambon yang menerangkan gerbong ini khusus untuk perempuan


Penumpang-penumpang yang segerbong dengan kami


Ajeng dan Bulik Riri lagi ngebahas foto-foto lucu hewan peliharaan


Petugas KAI yang ada di gerbong kami (yang sebelah kana nice looking lho ;-) )


Penumpang laki-laki yang ndableg duduk di gerbong ini menjelang turun dan ga ditegur petugas karena petugasnya udah beranjak dari gerbong, ga tau kemana.

No comments:

Post a Comment