Friday 20 August 2010

tO wHoM iT mAy CoNcErN

Kabar dari KS itu benar. Aku mengkonfirmasinya dengan MR, SX kemarin saat menghadiri tahbisan KS di Kampung Sawah. Bubar misa, tidak langsung ikut dalam barisan depan umat yang antri menyalami 4 orang romo yang baru ditahbiskan, aku malah masuk ke dalam gedung gereja, penasaran dengan relikwi beberapa orang kudus yang ada di sisi altar. Suasana di dalam gereja ga kalah heboh dengan di luar. Kelompok koor dan orkestra masih bersalaman dengan Romo Hanny, SJ yang antusias menghampiri mereka satu persatu. Di sudut lain, sekelompok suster yang aku tidak tahu dari kongregasi apa sibuk berfoto dengan kelompok penari andalan Paroki Kampung Sawah yang berpakaian penari Betawi. Di depan altar, sekelompok mudika yang bertugas membacakan doa umat dan membawakan persembahan juga asyik berfoto dengan dandanan mereka yang Betawi banget. Hm...aku menikmati suasana itu, dan somehow merindukan masa-masa saat aku aktif di paroki.

Ga lama, aku bertanya dengan seorang Bapak panitia, dimana kumpulan para romo yang diundang dalam misa tersebut. Setelah jawaban aku dapat, tanpa babibu aku langsung berjalan ke arah belakang gedung gereja. Mampir sebentar ke toilet, dan kemudian aku langsung bertemu dengan MR, yang berjalan ke arahku, menuju sakristi untuk mengganti jubahnya dengan setelan kemeja dan celana panjang. Ngobrol dengan MR bertukar kabar, dan menerangkan keheranan dia tentang keberadaanku. MR pikir aku tuw masih di Padang, tapi dia heran kok sering ketemu aku di beberapa kegiatan di Jakarta. Mana pake ngegodain tugas training di Poso ( yang akan aku lalui dalam beberapa waktu ke depan), training bikin bom katanya....oh...MR...kenalin aku sama adekmu yang pembalap F3 ituw....hehehehe.... 

Puas bercanda lalu aku bertanya dengan nada polos mengenai keberadaan beberapa romo dan frater xaverian yang aku kenal, termasuk diantaranya DGSS. Sebenarnya karena aku masih belum dapat konfirmasi yang serius dari KS. Dan MR menjawab, "DGSS sudah tidak Frater lagi. DGSS sudah mengundurkan diri 2 minggu yang lalu. DGSS menyampaikan alasan bahwa kondisi keluarganya tidak bisa dia tinggalkan setelah cuti di kampungnya Purbalinga selama 1 bulan. " To be honest, aku kaget banget. Berharap MR bercanda, tapi aku yakin MR serius dengan kabar yang dia sampaikan. Aku hanya berkomentar, singkat, menyayangkan keputusan DGSS, dan bertanya mengenai kabarnya. MR meyakinkan aku untuk mendoakan yang terbaik untuk DGSS.

MR pamit, karena ingin mengganti jubahnya. Dan aku juga beranjak ke arah sebaliknya mencari Romo GSR di antara kerumunan awam, frater, atau romo yang membingungkan karena pada pakai baju biasa. Akhirnya bisa menemukan GSR di tengah kegelapan dan kepulan asap rokok. Romo yang satu ini rada kaget waktu aku sapa. Percakapan mengalir, bertanya mengenai aktivitas dan kabar masing-masing. Ga lama kemudian percakapan harus berhenti karena seorang umat mendatangi kami dan mengajak GSR ngobrol. Aku pun pamit, dengan dalih belum mengucapkan selamat kepada 4 romo tertahbis. GSR berpesan untuk kembali lagi ke saung di belakang gereja supaya bisa ngobrol kembali. Aku mengiyakan sembari beranjak ke arah depan gereja. Sembari jalan, aku melewati deretan frater-frater muda, diakon-diakon muda atau romo-romo muda dari beberapa konggregasi yang diundang dalam tahbisan itu. Sekilas, aku melihat MR ngobrol dengan sekelompok frater muda, yang aku yakin mereka adalah xaverianers karena aku melihat AH diantara mereka. AH, mengingatkanku pada DGSS, padahal aku belum kenal AH, selama ini hanya tahu AH lewat FBnya DGSS. Kenangan pertemananku dengan DGSS menyeruak tanpa permisi. Dan somehow itu membuatku tertegun, spontan aku menghentikan langkahku, duduk sebentar di deretan kursi halaman samping gereja. Aku masih shock dengan kabar dari MR, dan kehilangan itu teramat sangat karena DGSS memutuskan komunikasi tanpa sebab. Dalam satu hari aku mengalami 2 peristiwa yang berarti sekaligus, bahagia dan sedih. Bahagia karena KS mewujudkan panggilan imannya melalui tahbisan hari itu dan sedih karena DGSS mundur dari panggilannya, dan yang paling sedih, karena DGSS memutuskan pertemanan itu. DGSS, I will not judging your decision, I will always keep my fingers across for you. 

Masih dengan perasaan sedih, aku beranjak menuju halaman depan gereja, dan bergabung dengan antrian umat yang akan mengucapkan selamat pada 4 romo baru. Awalnya antrian itu tinggal sedikit, tapi ternyata hanya 5 menit setelah aku bergabung, antrian itu kembali mengular. Dalam antrian, aku mendengar percakapan 2 orang lelaki di belakangku yang aku curigai sebagai seminaris, meskipun ga tahu dari konggregasi mana. Rasa ingin tahu itu terjawab manakala mereka berdua menyebutkan nama HM dan RCBD yang sedang bersalaman dengan KS. Hm...bener kan....misionaris, xaverianers pula....wew...instingku masih tajam...hehehe... Segera aku membalikkan badan, sembari berkata, "Frater xaverian, ya?" Lalu mereka menjawab bersamaan iya dan tidak. Iya karena yang satu memang frater dan yang satunya mantan frater. Ternyata yang tidak angkatan KS dan yang iya angkatan DGSS. Hehehehe....lucu denger pengakuan mereka, antara bangga dan malu-malu. Aku sebutkan namaku dan aku bilang aku dari paroki Padang Baru, mereka langsung merespon seakan mengenal paroki itu. Si Frater, langsung menyebutkan nama KS dan DGSS yang notabene pernah TOM disana, dan aku meneruskan dengan menyebutkan beberapa nama xaverianers lainnya. Hehehe..banyakan daftar nama yang aku sebut ketimbang yang disebutkan frater itu. Setelah itu aku diam, asyik dengan pikiranku sendiri, dan beranjak selangkah demi selangkah menuju teras gereja. KS ada di urutan pertama, dan aku menyalami dia setelah Bapaknya. Aku mengucapkan selamat sembari menjabat tangannya, KS berucap terima kasih dan meneruskan kalimatnya dengan bertanya kapan aku ke Poso. Setelah aku jawab minggu depan, kembali dia sambung dengan ajakannya menghadiri misa perdananya di Bali. Aku speechless, hanya tertawa dan beranjak menyalami Ibunya yang berdiri di sebelah kanannya, terus hingga menyalami deretan 3 romo lainnya. Teringat sesuatu, aku masuk ke dalam gereja kembali, dan melihat lagi patung salib serta lemari tempat menyimpan relikwi beberapa orang kudus. Sejenak aku berhenti di depan kedua tempat itu, tidak berpikir apa-apa, hanya melihat. Dan kemudian memutuskan menuju pintu gereja sebelah kiri yang berdekatan dengan tempat KS berdiri. Lalu setengah berbisik dan berteriak (???) aku memanggil KS, "Rom...rom..." KS melihat dan melambaikan tangannya sembari menyalami umat yang ada di depannya. Aku sambung, "Aku pulang dulu ya..." Lalu KS membalas, "Sebentar...tunggu dulu, ntar aja pulangnya..." Intinya KS meminta aku menunda kepulanganku, yang pada akhirnya ga aku penuhi, karena aku ga ingin kemalaman. Akhirnya, tanpa babibu, aku tuntaskan kalimatku, "Aku pulang, Rom..." 

Perjalanan balik ke kost-an ternyata mulus dan relatif lebih cepat. Yang ada di benakku saat sampai di kost adalah menghubungi seseorang, campur antara Mama atau Nella. Dan akhirnya Nella, karena kebetulan malam itu dia juga menghubungiku. Aku sampaikan kabar tentang DGSS, termasuk tentang kegundahanku karena putusnya komunikasi dengan DGSS. Nella ternyata memiliki reaksi yang sama, tapi pada prinsipnya menghormati setiap keputusan yang sudah diambil. Malam itu, kembali aku dan Nella berbagi kegelisahan yang sama, setelah hari Minggu sebelumnya kami juga melakukan hal yang serupa. 

DGSS, I just wanna sing this song for you, 
Lights will guide you home, and ignite your bones, and I will try to fix you. 

No comments:

Post a Comment